Sejarah Jembatan Merah
Sebelum menjadi salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Rembang. Kawasan hutan mangrove di Desa Pasarbanggi atau yang biasa disebut dengan Jembatan Merah ini, telah terlebih dahulu dikembangkan oleh masyarakat desa yang peduli akan lingkungan sejak tahun 1999. Kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi yang mengikis pantai hingga mencapai daerah lahan pertambakan Desa Pasarbanggi menjadi cikal bakal kawasan ini terbentuk. Penanaman pohon mangrove di kawasan pantai yang telah mengalami kondisi abrasi ini-pun dimulai. Setiap tahun masyarakat yang tergabung pada kelompok petani tambak sidodadi maju selau aktif menjaga dan melakukan penanaman bibit mangrove dengan harapan abrasi berkurang, tanpa ada pikiran untuk membuat sebuah destinasi wisata. Hingga pada satu waktu tahun 2013, pengelola kawasan ini memperoleh dana hibah dari BLH dan juga NET TV untuk membangun kawasan ini menjadi sebuah kawasan konservasi dan juga wisata. Jembatan Merah-pun terbentuk dan menjadi salah satu objek wisata unggulan dan favorit wisatawan saat berkunjung di Kabupaten Rembang.


Instansi Pengolala
Objek wisata Jembatan Merah tak akan pernah lepas dari instasi pengelola yang menaunginya. Berkat instansi pengelola kelompok tambak tani sidodadi maju ini lah objek wisata ini dapat dinikmati oleh banyak wisatawan. Bermula dari tahun 1999 kelompok tambak tani sidodadi maju yang terdiri dari sekumpulan bapak-bapak yang peduli lingkungan. Hingga sekarang kelompok tambak tani telah berkembang dan mempunyai struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi tersebut terdiri dari, Ketua umum, sekretaris, bendahara, ketua umum ekowisata, sekretaris ekowisata, bendahara ekowisata, bidang mangrove, bidang pokdarwis, bidang budidaya 1, dan bidang budidaya 2 yang mempunyai tugas masing-masing untuk memajukan objek wisata Jembatan Merah. Pembagian struktur organisasi yang apik inilah, sehingga objek wisata Jembatan Merah ini dapat terus berkembang dan menjadi salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Rembang.