TANTANGAN DAN KENDALA

Pengembangan kawasan konservasi hutan mangrove pasarbanggi menjadi sebuah ekowisata dan pusat mangrove di Kabupaten Rembang tak terlepas dari tantangan dan kendala yang harus dihadapi oleh pengelola. Berikut adalah tantangan dan kendala utama pengembangan kawasan konservasi ekosistem mangrove pasarbanggi;

Tantangan

Kondisi non-teknis merupakan tantangan terbesar dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi mangrove pasarbanggi. Tantangan ini menyebabkan dari 100% bibit mangrove yang ditanam terkadang hanya menyisakan 30-50% bibit mangrove yang berhasil tumbuh dengan optimal. Tantangan dari kodisi non-teknis tersebut antara lain;

1. Letak

Letak desa pasarbanggi berada pada daerah rawan karena merupakan daerah cekungan akibat pembangunan 2 pelabuhan yang ada di Kabupaten Rembang yakni Pelabuhan tasik agung dan Pelabuhan sluke. Dampaknya adalah ombak dan arus laut menjadi sangat deras sehingga bibit mangrove yang ditanam terkadang terbawa oleh arus tersebut. Solusinya adalah dengan melakukan monitoring dan penyulaman.

2. Hama teritip

Pasang laut menyebabkan pohon mangrove terendam oleh laut. Kondisi ini memicu hama teritip untuk bersarang pada bagian batang hingga akar pohon atau bibit mangrove yang ditanam. Pada kondisi yang parah, hama teritip dapat mengganggu pertumbuhan bibit mangrove yang ditanam hingga menyebabkan bibit menjadi rusak dan mati. Solusinya adalah dengan melakukan perlindungan menggunakan pestisida dan mengerik teritip secara manual.

3. Sampah

Arus dan ombak laut, serta muara sungai lebih seringnya membawa limbah atau sampah masyarakat. Kondisi ini menyebabkan bibit mangrove yang ditanam mengalami gangguan bahkan kematian apabila tidak segera ditangani dan diberishkan oleh pengelola. Terlebih lagi pada jenis tertentu yakni rizhopora, saat sampah menghalangi pertumbuhan pucuk daun mangrove rizhopora maka bibit mangrove ini akan mati.

4. Sedimentasi

Laut dan sungai tidak hanya membawa sampah namun juga membawa sedimentasi tanah. Sedimentasi tanah yang berlebih akan menyebabkan gangguan pada pohon mangrove bahkan dapat menutupi badan mangrove hingga kedalaman 1 meter. Solusinya dilakukan pengerukan.

Kendala

Terbatasnya anggota kelompok tambak tani sido dadi maju sebagai pengelola kawasan konservasi hutan mangrove pasarbanggi merupakan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan kawasan konservasi hutan mangrove ini. Masyarakat sekitar dan pihak luar memang membantu dalam melakukan penanaman namun dalam hal pengelolaan dan perawatannya merupakan tanggung jawab pengelola. Terlebih lagi, luas kawasan konservasi hutan mangrove pasarbanggi saat ini memiliki luas kurang lebih 60ha menyebabkan pengelola kesulitan dalam melakukan pengembangan dan perawatan.

Keterbatasan anggota dalam mengelola dan merawat bibit mangrove yang ditanam menjadikan pengembangan dan penanaman bibit mangrove dibatasi berkisar antara 1-5 ha/tahun. Terbatasnya pengembangan ekosistem mangrove pasarbanggi bukan tak ada arti. Kesadaran pentingnya mangrove bagi kehidupan masyarakat desa pasarbanggi membuat pengelola melakukan pembatasan pengembangan penanaman bibit mangrove dengan tujuan bibit menagrove yang ditanam dapat tumbuh dengan optimal dan kawasan konservasi mangrove pasarbanggi dapat dirawat dan dikelola dengan maksimal.

Sumber:

BRGM. 2022. “Pelindung Abrasi Pasarbanggi”. https://www.youtube.com/watch?v=CBhs-v5nkgM&list=PL-IOaTAvdr7GB-KDP0f29L9mBCgRgmtt7&index=3

Mangrove Tag. 2023. “Mangrove Tag Lakukan Survei Pendahuluan Program Penanaman Puluhan Ribu Bibit Mangrove di Pasar Banggi, Rembang”. https://mangrovetag.com/2023/07/16/mangrove-tag-lakukan-survei-pendahuluan-program-penanaman-puluhan-ribu-bibit-mangrove-di-pasar-banggi-rembang/

Purwanto, W. A. diwawancarai oleh Selamet, D. P., Februari 2024, Jembatan Merah Hutan Mangrove Pasarbanggi, Rembang.

 

Scroll Up