Ekosistem hutan mangrove di objek wisata Jembatan Merah Hutan Mangrove Pasarbanggi semula merupakan kawasan ekosistem yang terbentuk secara alami sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1960-1970-an masyarakat mengeksploitasi kawasan hutan mangrove secara masif untuk dijadikan sebagai lahan tambak garam. Kawasan hutan kemudian mengalami kerusakan yang berdampak pada desa pasarbanggi mengalami bencana abrasi pantai hingga merusak lahan pertambakan bahkan menyentuh daerah pemukiman warga. Masyarakat yang peduli akan lingkungan kemudian membentuk kelompok tambak tani sido dadi maju pada tanggal 20 januari tahun 1972 untuk melakukan konservasi hutan mangrove supaya dapat mengurangi abrasi hingga sekarang.
Kelompok sidodadi maju berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan hingga saat ini kawasan hutan mangrove pasarbanggi telah menjadi sebuah kawasan ekowisata dan pusat mangrove di Kabupaten Rembang. Terbaru, kawasan ini juga ditetapkan menjadi sebuah Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) oleh kementerian kelautan dan perikanan RI pada tahun 2023. Saat ini kawasan konservasi hutan mangrove pasarbanggi telah memiliki luas kurang lebih 60 ha.
Kawasan hutan mangrove pasarbanggi terbagi menjadi 3 zona yakni zona mangrove dewasa, zona mangrove muda, dan zona pembibitan. Kawasan ini memiliki ketebalan mangrove yang beraneka-ragam berkisar antara 300-800 m jika dihitung dari vegetasi awal hingga bibir pantai dan memiliki ketebalan vegetasi pohon mangrove ber-diameter diatas 10 cm berkisar antara 100 – 300 m. Sedangkan kondisi kerapatan mangrove di kawasan ini memiliki rata-rata 38 individu/100 m2 dengan jarak setiap pohon berkisar antara 1-2 m.
Kawasan mangrove pasarbanggi juga memiliki biodiversitas flora-fauna yang menarik untuk diamati dan dipelajari. Setidaknya terdapat 5 jenis mangrove yang paling mudah untuk ditemui saat berkunjung dan menyusuri jembatan merah di objek wisata ini yakni Rhizophora Apiculata, Rhizophora Mucronata, Rhizophora Stylosa, Avicennia Marina, Sonneratia Alba. Ekosistem yang dijaga dengan baik juga menjadi tempat tinggal berbagai macam fauna. Keanekaragaman fauna yang sering dijumpai pada kawasan ini adalah burung kuntul, burung elang, ikan glodok, kerang, dan kepiting bakau.
Sumber:
Dwijayati, A. K., Suprapto, D., & Rudiyanti, S. 2016. “Identifikasi Potensi Dan Strategi Pengembangan Ekowisata Pada Kawasan Konservasi Hutan Mangrove Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang”. Diponegoro Journal Of Maquares 5(4).
Olah data observasi, 2024
Purwanto, W. A. diwawancarai oleh Selamet, D. P., Februari 2024, Jembatan Merah Hutan Mangrove Pasarbanggi, Rembang.
Saputro, D. A., Pyrwanti, F., & Rudiyanti, S. 2019. “Kondisi Wisata Mangrove Di Desa Pasar Banggi, Kabupaten Rembang”. Diponegoro Journal Of Maquares 8(3). DOI:10.14710/marj.v8i3.24259
Setyawan, Eko., Muhammad, Fuad., & Yulianto, Bambang. (2015). “Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Untuk Ekowisata Mangrove Di Desa Pasarbanggi Kabupaten Rembang Jawa Tengah”. Jurnal Ekosains 7(3).
Soeprobowati, T. R., Purnaweni, Hartuti., & Sudarno. (2020). “Pengelolaan Ekosistem Mangrove Desa Pasarbanggi Rembang Menuju Desa Ekowisata”. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat UNDIP 2020. https://semnasppm.undip.ac.id/